Wednesday, August 02, 2006

Perempuan Malam

Perempuan itu selalu muncul saat lembayung diufuk barat. Sesekali dia muncul di antara barisan burung manyar dan gumpalan awan. Tak jarang dia hadir ketika anak-anak kecil berlarian menuju surau. Entahlah..., atau dia diciptakan oleh gumpalan kabut gunung ini.Perempuan senja, begitulah aku menyebutnya. Awalnya, dia muncul ketika senja sedikit mendung. Aku kira hanya bagian dari permainan malam yang sering mencelakakan.

Tapi tidak. Dia benar-benar tercipta begitu saja dan berdiri di hadapanku dengan wajah penuh harapan. Aku tak sepenuhnya mengerti hingga dia membuka sapa. Aku tidak mau ditipu senja dan terpedaya bayangan-bayangan setan yang berkeliaran di pangkal malam hingga dengan setengah memaksa dia mengajakku berkenalan.

Maka, seperti sepasang kekasih, kami menghabiskan waktu malam-malam dengan segala kerinduan yang terasa binal. Aku tidak terlalu peduli apakah dia manusia sungguhan atau roh-roh jahat yang berniat mencelakakan. Aku mulai mengacuhkan. Yang pasti, aku telah menyukainya. Begitu saja

"Persetubuhan tak harus dimulai dengan sebuah tanya kamu siapa, melainkan dengan saling melorotkan apa saja,"

Dia tertawa. Kemudian wajahnya berubah tenang. Setenang malam tanpa awan.

"Bedebah. Tapi kau cantik juga," desisku

"Ajarkan aku mengenal siang," pintanya.

No comments:

Post a Comment