Tuesday, August 29, 2006

Bercinta di bawah Rembulan

bercinta di bawah bulan!Di bawah leleh cahayanya yang melumuri langit dan tergenang di atas laut, seperti emas cair yang selalu bergelombang mengikuti tarian ombak. Seperti itu pula tubuhku meliuk mengelilingi tubuhmu, ditumbuhi gairah yang menggelegak setelah bertahun-tahun kuhimpun dengan sabar hingga terlampau sulit dibendung.

Mengingatkan peristiwa desakan air dalam dam raksasa yang hanya dibatasi tanggul rapuh dan meruntuhkannya. Menyebabkan jutaan kubik air tumpah, lalu mengalir dengan kecepatan tak terduga. Merobohkan seluruh benda yang dilintasi, nyaris tanpa peduli. Sebagaimana percintaan yang berlangsung tanpa mempertimbangkan sekitarnya, karena seluruh pori tubuh kita mekar menguapkan aroma syahwat.

Mengaduk-aduk darah yang berlalu-lalang amat gegas, dari jantung ke seluruh tubuh. Melewati jaringan aorta menuju jemari yang meregang. Dari lorong arteri memasuki bagian-bagian tersembunyi. Dan sebaliknya, dari akar-akar rambut kembali ke pusat pembuluh. Membuat napas kita tersengal oleh perebutan antara hasrat dan kesabaran.Oh, mana mungkin ada kesabaran dalam sebuah percintaan yang bergelora?

Tentu tiada yang lebih tabah dari hujan bulan Agustus, bagi percumbuan yang mirip geliat hiu mengitari mangsanya, sebelum mencabik-cabik korban dengan taringnya, sampai menjadi sayatan-sayatan penuh hamburan warna merah. Hanya bedanya, saat ini warna bulan yang menyiram rambutmu menjadi kelebatan-kelebatan cahaya kuning sewaktu kaugoyangkan kepalamu mengikuti irama tubuhku.

Seperti juga api cinta dalam dada kita yang mencapai puncak bara.....

Dan, geliat nyala itulah tubuh kita, yang berputar saling menjepit mirip anyaman rotan....

Bergantian dilahap tatapan bulan, punggungmu dan punggungku yang telanjang.

Di antara siluet masif dua badan saling dekap

Wednesday, August 23, 2006

Rindu dalam sekam

Photobucket

Jika bintang-bintang sudah tidak dapat lagi menemani,

biarlah ku nikmati kesunyian ini …..

Jika kata sudah tak dapat lagi mewakili perasaan ini,

biarlah ku nikmati kehampaan ini …

Ada seikat pelangi di balik airmata

Airmata itu membuat hati bertabur gerimis

Wednesday, August 02, 2006

Perempuan Malam

Perempuan itu selalu muncul saat lembayung diufuk barat. Sesekali dia muncul di antara barisan burung manyar dan gumpalan awan. Tak jarang dia hadir ketika anak-anak kecil berlarian menuju surau. Entahlah..., atau dia diciptakan oleh gumpalan kabut gunung ini.Perempuan senja, begitulah aku menyebutnya. Awalnya, dia muncul ketika senja sedikit mendung. Aku kira hanya bagian dari permainan malam yang sering mencelakakan.

Tapi tidak. Dia benar-benar tercipta begitu saja dan berdiri di hadapanku dengan wajah penuh harapan. Aku tak sepenuhnya mengerti hingga dia membuka sapa. Aku tidak mau ditipu senja dan terpedaya bayangan-bayangan setan yang berkeliaran di pangkal malam hingga dengan setengah memaksa dia mengajakku berkenalan.

Maka, seperti sepasang kekasih, kami menghabiskan waktu malam-malam dengan segala kerinduan yang terasa binal. Aku tidak terlalu peduli apakah dia manusia sungguhan atau roh-roh jahat yang berniat mencelakakan. Aku mulai mengacuhkan. Yang pasti, aku telah menyukainya. Begitu saja

"Persetubuhan tak harus dimulai dengan sebuah tanya kamu siapa, melainkan dengan saling melorotkan apa saja,"

Dia tertawa. Kemudian wajahnya berubah tenang. Setenang malam tanpa awan.

"Bedebah. Tapi kau cantik juga," desisku

"Ajarkan aku mengenal siang," pintanya.