Tuesday, March 08, 2011

Balancing Work and Family...

Photobucket
Disatu sisi ibu adalah seorang istri dari seorang suami, yang tiada kewajiban baginya (istri) untuk mencari nafkah. Karena kewajiban mencari nafkah ada di pundak suami. Ibu juga seorang pendidik utama bagi anak-anaknya, kewajiban yang tidak bisa dialihkan kepada siapapun termasuk pada eyang putri, tante, baby sitter atau pembantu.

Di sisi yang lain, seorang ibu juga merupakan anak dari orangtuanya yang memiliki kewajiban untuk berbakti pada mereka Apabila orangtua menginginkan anak perempuanya untuk mandiri, berpenghasilan sendiri dan tidak hanya bergantung pada suaminya, bekerja adalah solusinya.

Apabila ibu adalah seorang yang terpelajar dan berpendidikan tinggi, alangkah sayangnya ilmu yang diperolehnya tidak dibaktikan untuk masyarakat di sekitarnya karena seorang ibu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat.

Ibu juga bagian dari penopang ekonomi keluarga, berapa banyak suami dan keluarga yang terbantu karena istrinya bekerja. Ah, begitu banyak alasan yang membingungkan. Tidak ada alasan untuk bingung, beranjaklah. Karena anak-anak yang sukses, terlahir dari ibu sukses (dengan artian yang sangat luas).

motif wanita berkarier terdapat beberapa hal berikut ini:

* Berkarier demi membantu perekonomian keluarga, agar lebih baik.
* Berkarier demi mengembangkan bakat dan semua potensi yang dimilikinya.
* Berkarier demi mengembangkan keahlian dan keterampilan yang ia miliki, setelah menyelesaikan jenjang pendidikan formal.
* Berkarier, karena memang wanita sangat dibutuhkan untuk melakukan hal itu. Dan itu dianggap suatu yang amat emergensi (darurat), seperti hal-hal yang khusus berkaitan dengan perempuan, maka sebaiknya perempuan yang melakukan.

Motif yang lebih tinggi tingkatannya adalah motif psikologis. Semua manusia, termasuk wanita, memiliki survival instink. Salah satu bentuk manifestasinya adalah bahwa ia ingin diakui eksistensinya secara sosial. Diterima dan diakui kehadirannya.

Wanita Karier, biasanya adalah fase atau periode lanjutan dari Wanita Pekerja. Di fase ini mereka sudah mulai bisa mengambil resiko dengan meninggalkan pekerjaan mereka yang sudah mapan demi anak tercinta. sedangkan Wanita pekerja lebih didefinisikan sebagai wanita yang sebelum mereka menikah memang sudah bekerja sehingga sudah dari awal merasakan kebebasan financial.

Sementara itu, wanita karir yang mencari kepuasan psikologis, yakni kegilaan kerja, akhirnya juga akan terbentur pada pertentangan antara fitrah nurani dan obsesi. Nalurinya menyatakan bahwa harus tinggal di rumah menjadi ibu yang baik (bagi suami dan anak-anaknya) dan terlindungi, tapi kenyataannya ia menemukan dirinya berada di tengah belantara tumpukan kertas

Pertentangan kejiwaan yang diderita wanita karir itu akan menimbulkan apa yang disebut oleh Collette Dowling sebagai Cinderella Complex, yakni suatu syndrom hipokrisme psikologis antara rasa kebergantungan dan kemandirian wanita (karir). Hal ini sangat berbahaya bagi integritas kepribadian si wanita.

Wanita karir yang sudah berkeluarga dihadapkan pada pilihan membela anak-suami atau pekerjaan. Pilihan ini juga dilematis. Sedikit sekali wanita karir yang berhasil di dalam dan di luar rumahnya. lebih pragmatis ada pepatah yang mengatakan “Anak yatim bukanlah anak yang tidak memiliki orang tua, tetapi adalah anak yang memiliki ayah-ibu tapi keduanya sibuk”, kata penyair Asy-Syauki.

Pada zaman Rasulullah SAW terdapat seorang sahabat beliau yang bernama Abdullah bin Mas’ud dan istrinya bernama Zainab Tsaqafiyah. Mereka memiliki banyak anak sedang kondisi perekonomi keluarga mereka sangat sulit. Melihat kondisi ekonomi seperti itu, lantas Zainab memutuskan untuk membantu suaminya dalam memperbaiki kondisi ekonomi keluarga dengan cara berwira-swasta sehingga dapat menghasilkan uang. Dengan kesibukan barunya, Zainab tetap dapat mengatur rumah tangga dengan baik dan melaksanakan ibadah secara sempurna. Dengan profesi barunya dan uang yang dihasilkan, ia juga dapat membantu perekonomian orang-orang yang membutuhkan. Lantas Zainab berkata kepada suaminya: “Apakah dengan profesi baruku saya dapat menadapatkan pahala di sisi-Nya?”.

Abdullah menyuruh istrinya menghadap Nabi SAW untuk menanyakan hal tersebut. Kemudian Zainab pergi untuk menghadap Nabi SAW, sesampainya di hadapan beliau ternyata terdapat perempuan lain juga hendak menanyakan perihal sepertinya. Akhirnya mereka menjadikan Bilal Habasyi sebagai perantara untuk menanyakan hal tersebut kepada Rasulullah. Lantas Bilal pergi menghadap Rasulullah dan mengutarakan pertanyaan para perempuan tersebut. Sekembalinya dari menemui Rasulullah, kemudian Bilal berkata: “Rasulullah telah bersabda: “Dengan profesi baru tersebut, kalian telah mendapatkan dua pahala; pertama pahala karena berinfak di jalan Allah swt. Kedua pahala karena membantu keluarga (suami dan anak) yang merupakan salah satu perwujudan silaturahmi”. (Hilyatul-Auliya jil 2 halaman 69 dinukil dari Zanan Mardan Ofarine Tarikh halaman 233)

Kisah di atas adalah salah satu contoh motif berkarier, karena untuk membantu perekonomian keluarga. Sesungguhnya tidak semua karier menjadi problem bagi para wanita yang telah berkeluarga. Karena terdapat karier yang dilakukan sendiri, tergantung masalah pembagian waktu. Atau dengan istilah lain seorang perempuan dapat berwiraswasta seperti misal kisah di atas tadi. Pembagian waktu ada ditangannya, sehingga ia tetap memegang tanggungjawab pula sebagai istri dan ibu dalam keluarga. Dilema akan muncul di saat ia bekerja di tempat yang waktunya sudah ditentukan, janji bertemu klien dan sebagainya

Anda menyukai pekerjaan yang kini ditekuni dan dengan bekerja memperoleh kepuasan serta ingin mengabdikan diri pada pekerjaan tapi merasa bersalah karena tidak dapat memberikan perhatian penuh pada anak-anak.

Bila merasa bersalah karena mencintai pekerjaan lebih daripada berada di rumah, sebetulnya Anda tidak sendirian. Banyak sekali wanita yang berusaha melawan perasaannya, memilih antara pekerjaan dan rumah tangga. Penelitian menunjukkan, orangtua yang bekerja tidaklah membahayakan anak-anaknya. Pada kenyataannya, anak-anak yang memiliki orangtua yang bekerja, tumbuh dengan baik dan memperlihatkan pencapaian kognitif luar biasa. Cobalah untuk berdamai mengenai jam kerja Anda. Siapa tahu Anda dapat bekerja tiga atau empat hari dalam seminggu sampai mendapatkan keseimbangan dalam pekerjaan dan rumah tangga sehingga Anda sungguh-sungguh merasa nyaman melakukannya.

Dalam Islam tugas utama yang berada di pundak perempuan ialah keluarga, khususnya masalah pendidikan anak. Jika terjadi kontradiksi antara keluarga dengan kariernya maka hendaknya ia mendahulukan keluarga. Karena keluarga merupakan komunitas terkecil untuk mewujudkan sebuah masyarakat yang sehat dan saleh.

Dari sisi lain, tidak mungkin para wanita dikurung di dalam rumah hanya mengurusi rumah tangga. Meski profesi sebagai ibu rumah tangga sendiri bukankanlah merupakan pekerjaan yang mudah, tetapi merupakan pekerjaan yang agung dan memerlukan keahlian khusus. Terkhusus berkaitan dengan keahlian dalam mendidik anak. Hal itu dikarenakan manusia bukan robot yang dapat diatur dengan mudah. Mendidik anak merupakan profesi mudah tapi sulit. Dengan kekurangan dan kelebihan yang dimiliki olehnya, seorang ibu dapat mengejawantahkan segala potensi yang dimilikinya untuk menjadikan generasi mendatang menjadi generasi yang cerdas, intelektual maupun spiritual. Imam Khomaeni pernah mengatakan bahwa; “Jangan dikira mendidik anak merupakan profesi mudah, ia merupakan profesi yang sangat berat dan agung”.

Namun para perempuan pun memiliki hak untuk berkarya dan berkarier sebagaimana para lelaki. Atau memang terdapat profesi yang tidak selayaknya dilakukan yang lain, kecuali oleh para perempuan, seperti spesialis kandungan dan masalah lain yang khusus berkaitan dengan perempuan. Maka solusinya pemerintah adalah membuat undang-undang yang berkaitan khusus dengan pekerja perempuan, sehingga mereka dengan tetap dapat mengatur rumah tangga sekaligus dapat pula berkarier.

Kembali ke tugas utama seorang ibu, Tugas utama seorang ibu adalah mendidik anak-anaknya. Jangan sampai dengan menjadi ibu bekerja, kita menelantarkan anak-anak kita. Semua yang kita lakukan untuk anak-anak kita, termasuk saat bekerja di luar rumah.

Kuncinya adalah mengontrol dengan baik semua bentuk aktivitas dan waktu kita. Anak-anak harus tetap menduduki prioritas utama.

Banyak hal positif yang bisa kita berikan pada anak, saat kita menjadi ibu bekerja. Tentang hal-hal yang dikerjakan di luar rumah, tentang penghasilan yang diperoleh, tentang banyaknya orang yang bisa terbantu, tentang ternyata ibunya bermanfaat untuk banyak orang.

Namun, apabila dengan bekerja kita jadi mengesampingkan anak-anak kita, mungkin ada yang harus diintrospeksi. Semoga selalu dan harus bisa menomorsatukan anak-anak dan keluarga saat kita memutuskan untuk bekerja di luar rumah.

Dua hal tersebut merupakan hal yang penting diseimbangkan. Jika harus melakukan kerja dan keluarga bersamaan, diperlukan fleksibilitas dan kesabaran. Berikut adalah beberapa tips praktis mencapai keseimbangan antara karir dan keluarga.

Langkah-langkah berikut dapat dilakukan dalam bersahabat dengan keadaan saat wanita berkarir

1. Anda tidak perlu melakukannya sendiri
Mintalah bantuan. Menjaga keluarga tidak dilakukan oleh satu orang saja yang ditunjuk. Jika anak-anak Anda cukup besar mungkin dapat meminta bantuan dari mereka untuk melakukan beberapa pekerjaan rumah atau Anda juga meminta bantuan suami. Diskusikan dengan orang-orang sekitar Anda tentang bagaimana semua dapat berkontribusi. Mintalah saran dari keluarga Anda karena keluarga merupakan bagian tim.
Mencoba membagi pekerjaan rumah tangga. Karena sekaranglah saat yang tepat bagi solidaritas rumah tangga. Jangan cuma dibebankan pada satu orang, melainkan harus dibagi bersama oleh keluarga. Bahkan anak kecil boleh punya tugas rumahan.
Salah satu solusi lain untuk mengantisipasi dampak negatif yang muncul karena istri berkarier di luar rumah ialah, adanya pengertian dan bantuan (dukungan riil) dari seorang suami. Segala permasalahan yang berkaitan dengan keluarga selayaknya diselesaikan bersama. Karena bagaimanapun juga, ketika seorang perempuan selain ia berprofesi sebagai ibu rumah tangga, ia juga memiliki profesi lain maka tugas akan lebih berat dibanding perempuan yang hanya berstatus sebagai ibu rumah tangga saja. Selain perempuan karir harus bertanggungjawab pada urusan rumah-tangganya, ia pun memiliki tanggungjawab terhadap urusan pekerjaannya, konsentrasinya akan terpecah dan sangat menyibukkan. Mungkin saja sekali waktu ia akan menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan profesinya. Maka di sini bantuan dan pengertian seorang suami dapat membantu dalam menyelesaikan problem istri yang berkarir, paling tidak dapat meringankannya. Keluarga yang baik adalah keluarga yang di dalamnya terdapat kerjasama dan pengertian antar anggotanya dalam melaksanakan tugas masing-masing, berdasarkan kasih yang tulus dan sayang sejati.

2. Memprioritaskan
Buatlah daftar semua hal tentang kehidupan rumah tangga menempatkan pada prioritas tertinggi dan kemudian membuat daftar semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan. Hal ini mungkin termasuk juga pertimbangan masalah keuangan. Bila Anda berpikir tentang keseimbangan keluarga dan tanggung jawab pekerjaan, mungkin hal yang mustahil, ternyata pendapat Anda itu keliru. Ada beberapa cara yang bisa Anda coba agar terjadi keseimbangan urusan antara kantor dan keluarga, diantaranya dengan menentukan prioritas. Habiskan sedikit waktu untuk duduk dan membuat daftar tentang apa saja yang mesti Anda lakukan, dan beri peringkat kepentingan. Yang terpenting, letakkan paling atas.
Selanjutnya coba Anda buat kalender keluarga Kalau mau, buatlah kalender besar untuk menampung rencana seluruh keluarga. Komplet dengan jadwal, event, tempat, dan waktunya. Kalau Anda merujuk pada kalendar ini, maka tidak akan terjadi double bookings. Usahakan membatasi mengatakan 'ya' - hanya pada segala sesuatu yang tercantum dalam prioritas.

3. Menetapkan tujuan realistis
Jadikan anda untuk fleksibel dan realistis dalam perencanaan tiap hari. Membuat daftar tentang apa yang perlu dilakukan.

4. Bersiaplah untuk hal yang tidak terduga
Anak anda mungkin jatuh sakit atau babysitter tidak dapat menjaga anak Anda. Anda mungkin harus terlambat kerja karena beberapa keadaan tidak terduga. Anda harus selalu mempersiapkan diri untuk keadaan darurat yang di luar perencanaan anda.

5. Be Organized
Segala tugas-tugas kerja meliputi kegiatan sekolah anak, janji dokter, rapat kerja, dan sebagainya. Semua hal tadi sebaiknya selalu dicatat, hal ini dapat menghindari dari ‘lupa’ kewajiban keluarga.

6. Cobalah untuk tetap fokus dan kualitas waktu untuk diri sendiri
Selalu berpikir positif, jangan pernah melihat kenapa anda harus kembali bekerja. Pastikan semua hal (kerja dan keluarga) dapat terlaksana dengan baik sehingga tetap fokus. Tingkatkan kualitas waktu anda sendiri dengan melakukan liburan dan relaksasi dengan seluruh anggota keluarga.


Just when you make your way back home…

No comments:

Post a Comment