Ketika menikah dengan Umar bin Abdul Aziz bin Marwan, sepupunya, pesta megah digelar untuk putri khalifah ini. Setelah menikah, Umar ditunjuk menjadi gubernur di Madinah. Keduanya pun hidup bahagia dan berkecukupan.
Namun, semua berubah saat Umar bin Abdul Aziz mendapat amanat sebagai seorang khalifah. Betapa sedihnya Umar ketika tugas mahadahsyat ini dibebankan kepadanya. Terbayang keadaannya di akhirat, saat Allah meminta semua pertanggungjawabannya dalam memimpin umat.
Akhirnya Umar meninggalkan semua kemewahan hidup yang dijalaninya selama ini. Ia tak ingin bertahta di atas kemegahan sementara umat hidup kesusahan. Ia tak pantas kenyang sementara masih ada rakyatnya yang kelaparan.
Umar memberi pilihan kepada Fathimah, hidup sederhana bersama Umar atau tetap bergelimang kekayaan namun tanpa Umar di sisinya. Dengan sepenuh keikhlasan, Fathimah memilih hidup bersama sang suami.
Rumah mewah kini berganti bangunan sederhana seperti rumah orang kebanyakan. Tak ada pelayan di sana sehingga ia harus mengerjakan pekerjaan rumah tangga sendiri. Perhiasan dan tumpukan pakaian indah berganti dengan hanya dua helai pakaian sederhana. Makanan tak selalu ada, perutnya pun lebih sering kosong. Pasti berat pada awalnya. Namun melihat kearifan dan kezuhudan suaminya, Fathimah semakin kuat dari hari ke hari.
Suatu ketika Umar melihat Fatimah memakai perhiasan mahal pemberian ayahnya. Ia khawatir dan meminta Fathimah kembali memilih antara kekayaan dan dirinya.
“Tidak, suamiku, aku tetap memilihmu walaupun aku harus mengembalikan lebih dari perhiasan ini, andai saja saya punya,” kata Fathimah. Perhiasan itu lalu diberikannya kepada Baitul Maal.
Kesetiaan Fathimah kepada Umar begitu kukuh. Prinsip hidup keduanya pun menyatu. Saat Fathimah hamil, seorang wanita berinisiatif mengambilkan susu untuknya dari penyimpanan makanan untuk kaum miskin. Namun, Fathimah marah dan menyuruh wanita itu mengembalikannya ke tempat semula karena susu itu milik orang miskin.
Kesetiaan kepada suami pun tetap ia jaga walau suaminya sudah tiada. Setelah Umar wafat, Yazid bin Abdul Malik, saudara Fathimah, menjadi khalifah. Yazid menawarkan Fathimah untuk mengambil perhiasan yang dulu diberikannya kepada Baitul Maal. Tapi Fathimah menolak, “Demi Allah, tidak! Dulu aku memberikannya semasa Umar hidup, lalu bagaimana mungkin aku mengambilnya kembali setelah ia wafat?”
Tak ada catatan tentang wafatnya Fathimah binti Abdul Malik. Namun, kisah kehidupannya tetap dikenang dan menjadi pelajaran bagi kaum Muslimah. Pelajaran tentang kekuatan keimanan, kejujuran, dan kesetiaan yang mengalahkan gemerlapnya harta. Asmawati
No comments:
Post a Comment